My Blog List

You can replace this text by going to "Layout" and then "Page Elements" section. Edit " About "

zwani.com myspace graphic comments
Twitter Background
FiVer'Z RocKmaNtHic SelLaloe SatHOe hAtiE
aNIe cheE FiVer'Z. Diberdayakan oleh Blogger.

About Me

Foto Saya
fiver'z sejatthie
cilacap adipala jawa tengah, Jawa Tengah, Indonesia
aku paling g suka di bo'ongin jadi jangan sekali-kali you you padha bo'ongin aku ea plendz.... :)
Lihat profil lengkapku

Blog Archive

Minggu, 30 Oktober 2011

ceritaq

aku ingin kamu s'lalu adda disi"q hingga nafasq berhenti
semogga kamoe menggerti apha yang q ingginkant

puisi cinta

Dahulu desis hati ku kesah pilunya kerana kasih cinta dan nista itu masih bersama ku.. Bukan hasrat ku bermain kata menulis puisi cinta tapi ianya teras agas puisi hiba alunan jiwa ku yang merindu kasih. Laksana sang pungguk yang melihat indahnya bulan tapi tak terdakap lalu menyiulkan bunyi panggilan sayu..

Aku pilih untuk berkata bahasa pilu sebagai ganti puisi cinta yang seharusnya menjadi mainan pujaan jiwa ku..
Yang jelas atlasnya itu puisi hati, kata hati ku yang duka pilu mengenang nostalgia yang kata-kata cinta terbenam dibenaknya..

Merindukah aku? Merindukah kamu? Tiada yang dapat menyangkal lumrah insani yang indah di helaian kutub hati. Bukan puisi tentang cinta tapi bait kata-kata puisi hati yang telus jelas nyata membalikkan sesuatu yang disebaliknya. Aku jujur.. Kamu juga jujur mahunya tanpa perlu tahu tentang hiba hinanya aku

Senin, 24 Oktober 2011

es himalaya mencair


alt
Gunung Himalaya
Selama 20 tahun terakhir, sungai es bagian hulu di Gunung Himalaya, Nepal, semakin lama semakin mengecil akibat melumer, dan danau di Desa Dengboche, yang merupakan kampung halaman Funuru Sherpa, semakin lama semakin membesar.
Sherpa yang kini berusia 29 tahun masih ingat akan perkataan sang kakek bahwa 50 tahun lalu, danau ini sama sekali tidak ada. Para ilmuwan menyatakan bahwa Imja Glacier, sungai es yang terletak di atas Desa Dengboche itu, sedang melumer dengan kecepatan 70 meter setiap tahunnya, dan lumerannya itu telah menciptakan sebuah danau besar, yang jika tanggulnya jebol, akan menimbulkan bencana besar bagi desa yang berada di hilirnya.
Hal ini bukan lagi masalah baru. Pusat Pengembangan Wilayah Pegunungan Internasional (ICIMOD) yang telah 30 tahun lamanya meneliti keadaan Gunung Himalaya menyatakan, sungai es di wilayah tersebut terus menerus melumer selama beberapa abad belakangan ini. Sementara Samjwal Ratna Bajracharya, seorang ilmuwan gletser dari ICIMOD mengatakan bahwa gletsier ini sedang melumer dengan kecepatan yang mencengangkan.
Ia mengatakan pada AFP, “Selama 30 tahun penelitian ini kami menemukan bahwa suhu di wilayah Gunung Himalaya terus meningkat, 8 kali lebih cepat dari pada peningkatan rata-rata suhu bumi. Tempat melumernya es berada di ketinggian di atas permukaan laut yang sangat tinggi, sehingga kecepatan melumernya semakin cepat.”
Nepal memiliki gletsier sebanyak lebih dari 2.300 buah, para pakar mengatakan sedikitnya 20 di antaranya dikhawatirkan akan segera jebol tanggulnya. Imja Glacier yang memiliki luas hampir 1 kilometer persegi itu adalah danau es kedua terbesar di Nepal, dengan volume air mencapai 36 juta meter kubik, dapat menimbulkan ancaman banjir yang sangat besar.
Menteri Lingkungan Hidup, Uday Raj Sharma, minggu lalu menyatakan jika sampai tanggul Imja Glacier ini jebol, maka akan terjadi Tsunami Nepal, setara dengan bencana tsunami pada 2004 lalu yang melanda Samudra Hindia dan menewaskan 220 ribu jiwa .
Namun demikian pakar menyebutkan, hingga saat ini belum ditemukan cara penyelesaian yang mudah. Penduduk di pegunungan yang paling terancam umumnya tidak ingin meninggalkan kampung halaman mereka, sementara menguras air di danau es itu tidak hanya akan menelan biaya mahal, tapi juga berbahaya, dan belum tentu ada manfaatnya.

keindahan air terjun di malam hari

Keindahan Air Terjun Niagara di Malam Hari Sangat Menakjubkan!




Setiap malam dari bulan Januari sampai April, dan bulan Mei sampai Desember (hingga jam 10 malam), air terjun Niagara akan bercahaya dengan efek sinar yang spektakuler, dan pastinya menarik perhatian banyak orang!

Tahu dong air terjun Niagara yang merupakan air terjun terbesar yang berada di Ontario, NY, AS. Hem, betapa indahnya dan merupakan keajaiban dunia yang menakjubkan banyak mata.

Kalau liat foto ini, semua akan setuju kalau air terjun Niagara terlihat sangat cantik banget. Kecantikannya bertambah karena setiap malam dari bulan Januari sampai April, dan bulan Mei sampai Desember (hingga jam 10 malam), air terjun Niagara akan bercahaya dengan efek sinar yang spektakuler, dan pastinya menarik perhatian banyak orang!

Sistem pencahayaan di air terjun Niagara ini menggunakan cahaya Bengal (Bengal lights), yaitu cahaya berwarna biru terang yang biasa digunakan sebagai sinyal syarat dan pencahayaan pada saat pesta kembang api.

Cahaya Bengal ini ternyata memproduksi bahan belerang, sendawa, dan orpiment yang akan bereaksi dan menciptakan cahaya berwarna biru. Dan hasilnya, air terjun Niagara terlihat stunning dan dramatis banget di bawah sinar bulan.

Sebetulnya pencahayaan di air terjun Niagara udah dimulai sejak tahun 1860, ketika menyambut kunjungan Prince of Whales. Dan di tanggal 4 Juli 1879 air terjun Niagara bersinar berkat sistem hidroelektrik, untuk menyambut kedatangan gubernur Kanada saat itu. Dan, pada akhir tahun 90-an mulailah 250 juta cahaya xenon 'candle power' dipasangkan di air terjun, untuk menambah pencahayaan yang lebih megah.

Maka semenjak itu, dikabarkan 25-30 juta orang datang mengunjungi air terjun Niagara setiap tahunnya untuk menyaksikan cantiknya air terjun Niagara! Ehem, sepertinya wajib merencanakan liburan ke sana untuk melihat kecantikan air terjun Niagara ini.

air terjun

Air terjun

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Langsung ke: navigasi, cari
Air terjun di Lembah Arau, kabupaten Lima Puluh Kota, Sumatera Barat, di sekitar tahun 1870
Air terjun Hopetoun Falls di Taman nasional Otway, Victoria, Australia
Air terjun adalah formasi geologi dari arus air yang mengalir melalui suatu formasi bebatuan yang mengalami erosi dan jatuh ke bawah dari ketinggian. Air terjun dapat berupa buatan yang biasa digunakan di taman. Beberapa air terjun terbentuk di lingkungan pegunungan dimana erosi kerap terjadi.

Beberapa air terjun besar

[sunting] Galeri gambar

Senin, 03 Oktober 2011

sejarah internet

Internet merupakan jaringan komputer yang dibentuk oleh Departemen Pertahanan Amerika Serikat di tahun 1969, melalui proyek ARPA yang disebut ARPANET (Advanced Research Project Agency Network), di mana mereka mendemonstrasikan bagaimana dengan hardware dan software komputer yang berbasis UNIX, kita bisa melakukan komunikasi dalam jarak yang tidak terhingga melalui saluran telepon. Proyek ARPANET merancang bentuk jaringan, kehandalan, seberapa besar informasi dapat dipindahkan, dan akhirnya semua standar yang mereka tentukan menjadi cikal bakal pembangunan protokol baru yang sekarang dikenal sebagai TCP/IP (Transmission Control Protocol/Internet Protocol).
Tujuan awal dibangunnya proyek itu adalah untuk keperluan militer. Pada saat itu Departemen Pertahanan Amerika Serikat (US Department of Defense) membuat sistem jaringan komputer yang tersebar dengan menghubungkan komputer di daerah-daerah vital untuk mengatasi masalah bila terjadi serangan nuklir dan untuk menghindari terjadinya informasi terpusat, yang apabila terjadi perang dapat mudah dihancurkan.
Pada mulanya ARPANET hanya menghubungkan 4 situs saja yaitu Stanford Research Institute, University of California, Santa Barbara, University of Utah, di mana mereka membentuk satu jaringan terpadu di tahun 1969, dan secara umum ARPANET diperkenalkan pada bulan Oktober 1972. Tidak lama kemudian proyek ini berkembang pesat di seluruh daerah, dan semua universitas di negara tersebut ingin bergabung, sehingga membuat ARPANET kesulitan untuk mengaturnya.
Oleh sebab itu ARPANET dipecah manjadi dua, yaitu "MILNET" untuk keperluan militer dan "ARPANET" baru yang lebih kecil untuk keperluan non-militer seperti, universitas-universitas. Gabungan kedua jaringan akhirnya dikenal dengan nama DARPA Internet, yang kemudian disederhanakan menjadi Internet.

pemanasan global

Pemanasan global atau Global Warming adalah suatu proses meningkatnya suhu rata-rata atmosfer, laut, dan daratan Bumi.
Suhu rata-rata global pada permukaan Bumi telah meningkat 0.74 ± 0.18 °C (1.33 ± 0.32 °F) selama seratus tahun terakhir. Intergovernmental Panel on Climate Change (IPCC) menyimpulkan bahwa, "sebagian besar peningkatan suhu rata-rata global sejak pertengahan abad ke-20 kemungkinan besar disebabkan oleh meningkatnya konsentrasi gas-gas rumah kaca akibat aktivitas manusia"[1] melalui efek rumah kaca. Kesimpulan dasar ini telah dikemukakan oleh setidaknya 30 badan ilmiah dan akademik, termasuk semua akademi sains nasional dari negara-negara G8. Akan tetapi, masih terdapat beberapa ilmuwan yang tidak setuju dengan beberapa kesimpulan yang dikemukakan IPCC tersebut.
Model iklim yang dijadikan acuan oleh projek IPCC menunjukkan suhu permukaan global akan meningkat 1.1 hingga 6.4 °C (2.0 hingga 11.5 °F) antara tahun 1990 dan 2100.[1] Perbedaan angka perkiraan itu disebabkan oleh penggunaan skenario-skenario berbeda mengenai emisi gas-gas rumah kaca di masa mendatang, serta model-model sensitivitas iklim yang berbeda. Walaupun sebagian besar penelitian terfokus pada periode hingga 2100, pemanasan dan kenaikan muka air laut diperkirakan akan terus berlanjut selama lebih dari seribu tahun walaupun tingkat emisi gas rumah kaca telah stabil.[1] Ini mencerminkan besarnya kapasitas panas dari lautan.
Meningkatnya suhu global diperkirakan akan menyebabkan perubahan-perubahan yang lain seperti naiknya permukaan air laut, meningkatnya intensitas fenomena cuaca yang ekstrem,[2] serta perubahan jumlah dan pola presipitasi. Akibat-akibat pemanasan global yang lain adalah terpengaruhnya hasil pertanian, hilangnya gletser, dan punahnya berbagai jenis hewan.
Beberapa hal-hal yang masih diragukan para ilmuwan adalah mengenai jumlah pemanasan yang diperkirakan akan terjadi di masa depan, dan bagaimana pemanasan serta perubahan-perubahan yang terjadi tersebut akan bervariasi dari satu daerah ke daerah yang lain. Hingga saat ini masih terjadi perdebatan politik dan publik di dunia mengenai apa, jika ada, tindakan yang harus dilakukan untuk mengurangi atau membalikkan pemanasan lebih lanjut atau untuk beradaptasi terhadap konsekuensi-konsekuensi yang ada. Sebagian besar pemerintahan negara-negara di dunia telah menandatangani dan meratifikasi Protokol Kyoto, yang mengarah pada pengurangan emisi gas-gas rumah kaca.

Penyebab pemanasan global

Efek rumah kaca

Segala sumber energi yang terdapat di Bumi berasal dari Matahari. Sebagian besar energi tersebut berbentuk radiasi gelombang pendek, termasuk cahaya tampak. Ketika energi ini tiba permukaan Bumi, ia berubah dari cahaya menjadi panas yang menghangatkan Bumi. Permukaan Bumi, akan menyerap sebagian panas dan memantulkan kembali sisanya. Sebagian dari panas ini berwujud radiasi infra merah gelombang panjang ke angkasa luar. Namun sebagian panas tetap terperangkap di atmosfer bumi akibat menumpuknya jumlah gas rumah kaca antara lain uap air, karbon dioksida, sulfur dioksida dan metana yang menjadi perangkap gelombang radiasi ini. Gas-gas ini menyerap dan memantulkan kembali radiasi gelombang yang dipancarkan Bumi dan akibatnya panas tersebut akan tersimpan di permukaan Bumi. Keadaan ini terjadi terus menerus sehingga mengakibatkan suhu rata-rata tahunan bumi terus meningkat.
Gas-gas tersebut berfungsi sebagaimana gas dalam rumah kaca. Dengan semakin meningkatnya konsentrasi gas-gas ini di atmosfer, semakin banyak panas yang terperangkap di bawahnya.
Efek rumah kaca ini sangat dibutuhkan oleh segala makhluk hidup yang ada di bumi, karena tanpanya, planet ini akan menjadi sangat dingin. Dengan suhu rata-rata sebesar 15 °C (59 °F), bumi sebenarnya telah lebih panas 33 °C (59 °F) dari suhunya semula, jika tidak ada efek rumah kaca suhu bumi hanya -18 °C sehingga es akan menutupi seluruh permukaan Bumi. Akan tetapi sebaliknya, apabila gas-gas tersebut telah berlebihan di atmosfer, akan mengakibatkan pemanasan global.

Efek umpan balik

Anasir penyebab pemanasan global juga dipengaruhi oleh berbagai proses umpan balik yang dihasilkannya. Sebagai contoh adalah pada penguapan air. Pada kasus pemanasan akibat bertambahnya gas-gas rumah kaca seperti CO2, pemanasan pada awalnya akan menyebabkan lebih banyaknya air yang menguap ke atmosfer. Karena uap air sendiri merupakan gas rumah kaca, pemanasan akan terus berlanjut dan menambah jumlah uap air di udara sampai tercapainya suatu kesetimbangan konsentrasi uap air. Efek rumah kaca yang dihasilkannya lebih besar bila dibandingkan oleh akibat gas CO2 sendiri. (Walaupun umpan balik ini meningkatkan kandungan air absolut di udara, kelembaban relatif udara hampir konstan atau bahkan agak menurun karena udara menjadi menghangat).[3] Umpan balik ini hanya berdampak secara perlahan-lahan karena CO2 memiliki usia yang panjang di atmosfer.
Efek umpan balik karena pengaruh awan sedang menjadi objek penelitian saat ini. Bila dilihat dari bawah, awan akan memantulkan kembali radiasi infra merah ke permukaan, sehingga akan meningkatkan efek pemanasan. Sebaliknya bila dilihat dari atas, awan tersebut akan memantulkan sinar Matahari dan radiasi infra merah ke angkasa, sehingga meningkatkan efek pendinginan. Apakah efek netto-nya menghasilkan pemanasan atau pendinginan tergantung pada beberapa detail-detail tertentu seperti tipe dan ketinggian awan tersebut. Detail-detail ini sulit direpresentasikan dalam model iklim, antara lain karena awan sangat kecil bila dibandingkan dengan jarak antara batas-batas komputasional dalam model iklim (sekitar 125 hingga 500 km untuk model yang digunakan dalam Laporan Pandangan IPCC ke Empat). Walaupun demikian, umpan balik awan berada pada peringkat dua bila dibandingkan dengan umpan balik uap air dan dianggap positif (menambah pemanasan) dalam semua model yang digunakan dalam Laporan Pandangan IPCC ke Empat.[3]
Umpan balik penting lainnya adalah hilangnya kemampuan memantulkan cahaya (albedo) oleh es.[4] Ketika suhu global meningkat, es yang berada di dekat kutub mencair dengan kecepatan yang terus meningkat. Bersamaan dengan melelehnya es tersebut, daratan atau air di bawahnya akan terbuka. Baik daratan maupun air memiliki kemampuan memantulkan cahaya lebih sedikit bila dibandingkan dengan es, dan akibatnya akan menyerap lebih banyak radiasi Matahari. Hal ini akan menambah pemanasan dan menimbulkan lebih banyak lagi es yang mencair, menjadi suatu siklus yang berkelanjutan.
Umpan balik positif akibat terlepasnya CO2 dan CH4 dari melunaknya tanah beku (permafrost) adalah mekanisme lainnya yang berkontribusi terhadap pemanasan. Selain itu, es yang meleleh juga akan melepas CH4 yang juga menimbulkan umpan balik positif.
Kemampuan lautan untuk menyerap karbon juga akan berkurang bila ia menghangat, hal ini diakibatkan oleh menurunya tingkat nutrien pada zona mesopelagic sehingga membatasi pertumbuhan diatom daripada fitoplankton yang merupakan penyerap karbon yang rendah.[5]

Variasi Matahari

Terdapat hipotesa yang menyatakan bahwa variasi dari Matahari, dengan kemungkinan diperkuat oleh umpan balik dari awan, dapat memberi kontribusi dalam pemanasan saat ini.[6] Perbedaan antara mekanisme ini dengan pemanasan akibat efek rumah kaca adalah meningkatnya aktivitas Matahari akan memanaskan stratosfer sebaliknya efek rumah kaca akan mendinginkan stratosfer. Pendinginan stratosfer bagian bawah paling tidak telah diamati sejak tahun 1960,[7] yang tidak akan terjadi bila aktivitas Matahari menjadi kontributor utama pemanasan saat ini. (Penipisan lapisan ozon juga dapat memberikan efek pendinginan tersebut tetapi penipisan tersebut terjadi mulai akhir tahun 1970-an.) Fenomena variasi Matahari dikombinasikan dengan aktivitas gunung berapi mungkin telah memberikan efek pemanasan dari masa pra-industri hingga tahun 1950, serta efek pendinginan sejak tahun 1950.[8][9]
Ada beberapa hasil penelitian yang menyatakan bahwa kontribusi Matahari mungkin telah diabaikan dalam pemanasan global. Dua ilmuwan dari Duke University memperkirakan bahwa Matahari mungkin telah berkontribusi terhadap 45-50% peningkatan suhu rata-rata global selama periode 1900-2000, dan sekitar 25-35% antara tahun 1980 dan 2000.[10] Stott dan rekannya mengemukakan bahwa model iklim yang dijadikan pedoman saat ini membuat perkiraan berlebihan terhadap efek gas-gas rumah kaca dibandingkan dengan pengaruh Matahari; mereka juga mengemukakan bahwa efek pendinginan dari debu vulkanik dan aerosol sulfat juga telah dipandang remeh.[11] Walaupun demikian, mereka menyimpulkan bahwa bahkan dengan meningkatkan sensitivitas iklim terhadap pengaruh Matahari sekalipun, sebagian besar pemanasan yang terjadi pada dekade-dekade terakhir ini disebabkan oleh gas-gas rumah kaca.
Pada tahun 2006, sebuah tim ilmuwan dari Amerika Serikat, Jerman dan Swiss menyatakan bahwa mereka tidak menemukan adanya peningkatan tingkat "keterangan" dari Matahari pada seribu tahun terakhir ini. Siklus Matahari hanya memberi peningkatan kecil sekitar 0,07% dalam tingkat "keterangannya" selama 30 tahun terakhir. Efek ini terlalu kecil untuk berkontribusi terhadap pemansan global.[12][13] Sebuah penelitian oleh Lockwood dan Fröhlich menemukan bahwa tidak ada hubungan antara pemanasan global dengan variasi Matahari sejak tahun 1985, baik melalui variasi dari output Matahari maupun variasi dalam sinar kosmis.[14]